Kamis, 18 Maret 2010

Terhilang (bagian 2)

Santi bagai mendengar petir di siang bolong saat mengetahui kalau perusahaan tempatnya bekerja akan melakukan pengurangan pengawai akibat krisis keuangan di tempatnya bekerja tersebut. Perusahaan terpaksa melakukan hal tersebut untuk menyelamatkan peluang untuk tetap beroperasi seperti biasa. Santi terkejut karena dirinya menjadi salah satu orang yang akan kehilangan jabatannya di kantor. Dia tidak menyangka dirinya akan mengalami hal tersebut karena selama hampir 8 tahun bekerja dia tidak pernah melakukan hal-hal yang merugikan perusahaan, pekerjaannya selalu di selesaikannya dengan baik dan selalu menuruti peraturan yang di terapkan dengan sebaik-baiknya.

Dengan pikiran kacau di mobil santi terus memikirkan kejadian di kantornya tersebut. Bagaimana nasibku nanti, apa yang harus saya lakukan setelah ini. Pikiran-pikiran itu terus saja menganggunya. Semenjak bekerja di perusahaan besar tempatnya sekarang santi memang menikmati hidupnya. Apa saja yang di inginkannya dapat dengan mudah di perolehnya  tanpa harus bersusah payah. Inilah hidup yang di inginkannya selama ini.

Sampai di rumah dengan langkah gontai ia masuk ke kamarnya berbaring dengan lemahnya di atas tempat tidur. Tanpa semangat. Sekilas matanya menatap ke arah buku tebal yang berada di atas meja kamarnya, di ambilnya buku itu memandang tulisan singkat di sampul buku tersebut. Alkitab. Ya itu tulisan yang tertulis di sampul buku tersebut. Santi memandang buku itu. Penuh debu, ia bahkan tak ingat lagi kapan terakhir ia membaca buku tersebut. Di tatapnya langit-langit kamarnya dan pikirannya menerawang jauh kebelakang, beberapa tahun yang lalu.

Santi mengingat betapa dulu ia begitu rajin membaca alkitabnya tersebut. tak ada hari tanpa mengambil buku itu untuk di renungkannya. Ada rasa sukacita yang ia rasakan saat merenungkan apa yang di bacanya tersebut. Ia mengingat betapa Tuhan sangat baik padanya bahkan sampai hari ini. Tapi kini semuanya seolah menghilang tanpa bekas. kesibukannya di kantor telah mengambil waktu-waktu yang harusnya di sediakannya untuk membaca alkitabnya itu. Air mata santi membasahi alkitab yang di pegangnya itu. Ia sadar kalau ia sudah melupakan Tuhan yang membimbingnya selama ini. Tuhan yang menjaganya saat tak ada seorang pun yang peduli padanya. Belum terlambat. Dengan kerinduan yang seolah hadir kembali santi meletakkan alkitab di tangannya dan berdoa pada Tuhan meminta ampun atas dosanya selama ini.  Ia bersyukur Tuhan masih mengasihinya. Memintanya pulang setelah jauh meninggalkan rumah.

Tidak ada kata terlambat untuk pulang. jalan pulang selalu tersedia tapi tidak selamanya ada. Waktunya terbatas. Selalu ada sukacita, tangan yang terulur penuh rindu, kasih yang memafaatkan yang tersedia di rumahNya saat kita memutuskan pulang. KerinduanNya agar anakNya yang tersesat pulang melebihi kerinduan kita untuk pulang. Ia selalu merindukan saat-saat anak yang di kasihiNya pulang dan menikmati kebaikanNya. 

Dear jesus my father in heaven i dedicated this for U for all U’r grace in my life every single day…

0 komentar: