Senin, 28 Juni 2010

Nilai sebuah kebiasaan

Salah satu perbedaan mendasar memakai handphone yang menggunakan keypad tradisional dengan handphone yang mengadopsi keypad qwerty adalah pada tombol yang harus di tekan saat menginput huruf atau angka. Sebagai contoh untuk menginput huruf C pada keypad tradisional tombol ABC harus di tekan tiga kali sedangkan pada tombol qwerty cukup sekali saja. Sebenarnya itu bukan masalah yang rumit tetapi mungkin saja bagi beberapa orang termasuk saya membutuhkan waktu untuk membiasakan dengan hal tersebut.

Hal di atas membutuhkan waktu untuk menjadi terbiasa karena sebelum memakai keypad qwerty banyak orang sudah terbiasa dengan metode input tradisional. Mau tidak mau setiap orang pun harus belajar membiasakan diri dengan cara yang baru tersebut. Lalu apa yang menjadi pelajaran yang bisa kita ambil dari hal sederhana tersebut? pada dasarnya kebiasaan lahir dari sesuatu hal atau kegiatan yang sering di lakukan secara rutin sehingga menjadikan kegiatan tersebut menjadi kebiasaan dari si pelaku.

Dalam kehidupan kristen pun selalu ada kebiasaan-kebiasaan yang di lakukan secara “rutin” yang sayangnya justru tidak memberikan pengaruh dan hal yang positif bagi kita. seperti apa misalnya? contoh saja kebiasaan untuk berbohong akan menjadikan kebiasaan itu sesuatu yang rutin untuk di lakukan yang kadang tanpa di sadari akan membuat kita berada pada situasi yang berat untuk lepas dari kebiasaan tersebut.

Kebiasaan akan selalu melahirkan karakter orang yang melakukan kebiasaan tersebut. Menurut seorang pakar suatu kegiatan yang di lakukan setidaknya selama 21 kali secara rutin akan melahirkan kebiasaan yang pada akhirnya membentuk karakter orang tersebut.  Parahnya terkadang kebiasaan itu menjadi begitu sulit untuk di hilangkan atau di ubah yang tidak sedikit membuat banyak orang menyerah dan akhirnya hidup dalam kebiasaan yang (kebanyakan) tidak bermanfaat alias merugikan.